Dailyapemalang.com|Pemalang – Perseteruan antara Wahyudin Kepala Desa Loning dengan salah satu Anggota DPRD Pemalang, Hj. Zahindun Al Halim usai kegiatan Musrenbang di Kecamatan Petarukan beberapa hari lalu semakin memanas.
Pasalnya, dibeberapa Media online, anggota DPRD Komisi D dari Partai Golkar tersebut menyebut salah satu Kepala Desa (Kades Loning) dianggap tidak memiliki etika dan merusak suasana saat dirinya memaparkan materi pada Musyawarah Rencana Pembangunan Kecamatan pada Senin (20/1/2025) lalu.
Kegiatan yang digelar di Pendopo Kecamatan Petarukan tersebut turut dihadiri oleh Forkopimcam Kecamatan Petarukan, Kepala Desa dan Lurah Se-Kecamatan Petarukan, beberapa Anggota DPRD Kabupaten Pemalang, seketika terjadi perdebatan antara Wahyudin dan Hj. Zahindun, dikarenakan sang anggota DPRD tersebut (Zahindun) seolah menuduh para kades yang hadir tak becus bekerja, serta seolah – olah menuduh pada kades terkesan tebang pilih dalam mendata warganya (penerima manfaat BPNT/PKH).
Tak terima atas tuduhan dari anggota DPRD (Zahindun), Wahyudin mewakili beberapa rekannya melakukan interupsi dengan maksud untuk menjelaskan pernyataan dari anggota DPRD tersebut.
Kepada awak media independennews.com, Wahyudin membantah dan tidak terima dirinya disebut tidak memiliki etika serta merusak suasana saat acara Musrenbangkec berlangsung.
Menurut Wahyudin, saat
Zahindun memaparkan beberapa program, kemudian sampai pada pembahasan mengenai data penerima bansos, dia (Zahindun) bercerita bahwa rumahnya kerap di datangi warga yang tidak menerima bansos baik dari program PKH, BPNT, maupun bansos lainya. Menurut Zahindun, mereka (warga) tidak dapat bantuan karena dulu bukan pendukungnya (kades). Tak sampai disitu, kemudian Zahindun juga mengatakan bahwa desa/kades harus sering verval mengajukan bantuan ke dinsos.
“Jelas! Pada intinya Zahindun memojokkan desa mengenai data data penerima bansos, seolah – olah pihak pemerintah desa (kades) tidak mau ngurusi warga nya utk verval ( warga yang layak tidak di daftarkan dan menonaktifkan kan yang tidak layak dapat bansos),” beber Wahyudin.
Lebih lanjut dijelaskan oleh Wahyudin, pada saat penjelasan itulah dirinya angkat tangan dengan maksud untuk interupsi. Tapi hal itu diabaikan.
“Saat saya angkat tangan untuk interupsi, dia (Zahindun) tetep nerocos (bicara terus), akhirnya saya berdiri dan ngomong kepada Zahindun (anda jangan memojokkan kami para kades). Sudah berapa lama anda mengurusi pemalang?,” tegas Wahyudin
Situasi semakin memanas, saat Zahindun mengatakan bahwa dirinya pernah menjabat sebagai Anggota DPRD DKI Jakarta, sebelum menjadi Anggota DPRD Kabupaten Pemalang, ketika debat dengan Wahyudin.
“Seharusnya, sebagai wakil rakyat jangan seenaknya menuduh kami para Kepala desa seakan tidak becus bekerja. Eh malah sekarang di media dia (Zahindun) mengatakan bahwa saya arogan tidak beretika,” ucapnya kepada independennews.com, pada Rabu (15/2/2025).
“Banyak kok saksi saat itu, dia (Zahindun) memojokkan kami para kepala desa yang hadir dalam kegiatan Musrenbangkec,. Bahkan saking PD nya, dia menyerobot kursi pimpinan sekaligus ingin memaparkan program Bupati Pemalang terpilih yang dia dukung,” ungkap Wahyudin.
Kembali dikatakan Wahyudin, ketika sesi tanya jawab, salah satu rekannya (Kepala Desa Pegundan) juga turut merasa keberatan atas pernyataan Zahindun. Saat itu, bahkan Zahindun disuruh langsung untuk mendengarkan klarifikasi dari pihak Dinsos Kabupaten Pemalang yang dalam kegiatan tersebut juga turut hadir, dengan maksud dan tujuan Zahindun paham mengenai verval data, proses pengajuan DTKS dan bagaimana turunnya data penerima bantuan, kok sampai tidak sesuai dengan verval maupun pengajuan calon penerima manfaat baru yang telah diajukan kembali oleh pihak pemerintah desa.
“Kebetulan saat itu sesi tanya jawab terpotong (Break Adzan Dhuhur), namun para kades masih tetap menunggu season selanjutnya,” kata Wahyudin.
“Dengan harapan untuk kembali menanyakan pernyataan Zahindun tersebut. Tapi sayangnya saat itu dia (Zahindun) malah pergi lebih dulu meninggalkan acara tanpa, sebelum acara tersebut berakhir. Artinya, justru dia yang tidak beretika dan terkesan sombong,” lanjutnya. (AL/FP)