Dailypemalang.com|Pemalang – Masyarakat Kabupaten Pemalang dan sekitarnya lebih mengenal dengan sebutan Pantai Cilincing daripada Pantai Widuri. Terletak sekitar 3 kilometer ke utara Pemalang, pantai ini suasananya sejuk, tidak seperti pantai umumnya karena di rimbumi ranting pepohonan besar jadi terkesan angker/seram.
Perubahan nama dari Cilincing menjadi Pantai Widuri setelah Water Park mengalami pengembangan secara besar-besaran. Berbagai fasilitas dibangun, diantaranya sarana permainan bagi anak-anak, seperti mandi bola. Pengunjung bisa menikmati keindahan pantai dari lepas pantai sambil berputar naik perahu. Selain Wisata Bahari ada permainan mandi bola di laut. Wahana wisata yang cukup monumental, adalah arena sirkuit Widuri yang masih dalam satu kawasan.
Peluncuran pertama Widuri Water Park yang lebih dikenal dengan sebutan WWP, pada Lebaran 2009 lalu. WWP bisa dikata simbol lompatan wisata modern di Pemalang dan Menjadi wisata unggulan sekaligus kebanggaan masyarakat Pemalang pada masa itu.
Eky Diantara, Aktivis dan Tokoh Pemuda angkat bicara, melihat kondisi Wisata Widuri Park Pemalang sekarang, saya selaku Ketua Aliansi Pantura Bersatu yang juga sebagai warga Kabupaten Pemalang, sangat miris sekali melihat kondisi Destinasi Wisata Kebanggaan masyarakat Kabupaten Pemalang (Widuri Park) bahkan, lebih mirip lokasi uji nyali alias rumah hantu.
Menurut Eky, bangunan yang menelan ratusan atau bahkan milyaran rupiah itu seakan akan di biarkan begitu saja tanpa ada pertanggung jawaban dari pihak dinas terkait atau Pemkab Pemalang.
“Kalo sekirane Pemkab Pemalang tidak mampu dalam pengelolaannya, kan bisa di kerjasamakan ke pihak 3 untuk bisa mendapatkan income (pemasukan) daerah/PAD, dengan demikian masyarakat sekitar dan pelaku UMKM usahanya tetap berjalan. Nah kalau Wisata tersebut terbengkalai, darimana masyarakat akan sejahtera,” tegas Eky.
Lebih lanjut, Eky mengatakan, kita Aliansi Pantura Bersatu sebagai lembaga fungsi kontrol pemerintahan akan segera melayangkan surat audiensi dan meminta keterangan sekaligus pertanggung jawaban dari dinas terkait.
Dan jangan sampai terjadi lagi pola kerja menghambur hamburkan dana anggaran yang tidak jelas planning dan konsepnya.
“Saat ini isu yang ramai malah terkait isu – isu pungli, isu pengondisian foto bupati dan wakil bupati, serta dugaan monopoli proyek pemda, bukan malah fokus untuk mensejahterakan masyarakatnya. Untuk itu kami berharap, 100 hari kerja Bupati Pemalang kesampingkan kepentingan kelompok maupun kepentingan balas budi politik. Mari bersama kita membangun Pemalang kedepan lebih baik,” ujar Eky Diantara. (Mas All)